BAB I
PENDAHULUAN
TELAAH KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
AKIDAH AKHLAK MADRASAH IBTIDAIYAH
Rumusan tujuan pendidikan Islam sangatlah relevan dengan rumusan tujuan Pendidikan Nasional. Rumusan tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yakni manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, dan mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan Agama Islam di Madrasaah Ibtidaiyah terdiri atas empat mata pelajaran, yaitu: Al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait, isi mengisi, dan melengkapi. Akidah atau keimanan merupakan akar atau pokok agama dan akhlak bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup). Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya. Pemaparan di atas merupakan sebagian dari pembahasan makalah ini, dan untuk mengetahui lebih jelas lagi dari pembahasan makalah ini berikut ini akan kami paparkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum didefinisikan oleh Beauchamp bahwa “A curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of people during their enrolment in given school”. Kurikulum adalah dokumen tertulis yang berisi bahan-bahan, tetapi pada dasarnya ia merupakan rencana pendidikan bagi orang-orang selama mereka mengikuti pendidikan yang diberikan di sekolah”.
Definisi yang senada, dalam pedoman pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP (2007) dinyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tertentu itu adalah tujuan pendidikan nasional.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa kurikulum berwujud rencana pendidikan dalam bentuk dokumen yang tertulis. Dokumen-dokumen itu diberi label “kurikulum”.
B. Komponen-Komponen Kurikulum
Dalam konteks desain dan pengembangan kurikulum, maka para pengembang kurikulum (termasuk guru) harus memperhatikan kerangka dasar kurikulum dengan pendekatan sistem, yaitu kurikulum yang memiliki komponen-komponen pokok kurikulum sebagai berikut:
1. Komponen Tujuan
Dalam kerangka dasar kurikulum, tujuan mempunyai peranan yang sangat penting, karena akan mengarakan dan memepengaruhi komponen-komponen kurikulum yang lainnya. Berdasarkan hierarki tujuan, tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang menduduki posisi paling tinggi, sehingga menjadi “payung” bagi tujuan-tujuan di bawahnya. Tujuan pendidikan suatu negara dan merupakan penjabaran dari tujuan negara atau falsafah negara, karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan negara.
Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan pendidikan yang lebih khusus yaitu tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan formal (TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA) maupun pendidikan nonformal (lembaga kursus, pesantren). Kemudian tujuan kurikuler yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran, seperti bidang studi Agama Islam, IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan sebagainya. Selanjutnya, tujuan pembelajaran umum yaitu tujuan yang dicapai pada setiap pokok bahasan, dan terakhir tujuan pembelajaran khusus adalah tujuan dari setiap subpokok bahasan.
2. Komponen Isi/Materi
Isi/materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Secara umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Logika: yaitu pengetahuan tentang benar salah
b. Etika: yaitu pengetahuan tentang baik buruk, nilai, dan moral
c. Estetika: yaitu pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seni.
Kemudian pemilihan isi kurikulum dipertimbangkan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
b. Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
c. Bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, dunia kerja, bangsa, dan negara, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang
d. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Komponen Proses
Proses kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran, yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik di sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun di luar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam konteks inilah guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar.
4. Komponen Evaluasi
Untuk mengetahui efektivitas kurikulum dan dalam upaya memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan evaluasi kurikulum. Evaluasi itu bisa dengan tes tertulis, tes lisan, ulangan harian, ujian akhir semester, dsb.
C. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum
Paling tidak ada empat landasan (dasar) utama pentingnya pengembangan kurikuluum, yakni:
1. Landasasan Filosofis
Dalam pengertian umum filsafat adalah cara berfikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Filsafat mencoba menelaah tentang tiga pokok persoalan, yakni hakikat benar-salah (logika), hakikat baik-buruk (etika) dan hakikat indah-jelek (estetika). Pandangan hidup manusia mencakup tiga aspek tersebut. Dalam hubungannya dengan kurikulum ketiga pandangan tersebut sangat diperlukan, terutama dalam menetapkan arah dan tujuan pendidikan. Artinya, kemana pendidikan akan dibawa, terlebih dahulu harus ada kejelasan mengenai pandangan hidup manusia. Sudah barang tentu setiap negara di dunia ini memiliki pandangan hidup masing-masing sebagai acuan dasar kehidupan bermasayarakat, berbangsa, dan bernegara. Bagi kita (Indonesia), Pancasila telah menjadi pandangan dan cara hidup bangsa, artinya nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi acuan dasar dalam kehidupan manusia Indonesia. Ini berarti pendidikan harus mampu membawa anak didik menjadi manusia Pancasila. Dengan kata lain, landasan, arah, dan tujuan pendidikan adalah Pancasila. Di sinilah pentingnya filsafat sebagai pandangan hidup manusia dalam hubungannya dengan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Berikut ada beberapa aliran filsafat masing-masing dengan dasar pemikiran tersendiri:
a. Aliran Perennialisme
Aliran ini bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui pengetahuan yang universal dan absolut. Kurikulum yang diinginkan oleh aliran ini terdiri atas subjek atau mata pelajaran yang terpisah sebagai disiplin ilmu dengan menolak penggabungan seperti IPA, atau IPS. Hanya mata pelejaran yang sungguh mereka anggap dapat mengembangkan kemampuan intelektual seperti matematika, fisika, kimia, biologi yang diajarkan, sedangkan yang berkenaan emosi dan jasmani seperti seni rupa, olah raga sebaiknya dikesampingkan. Pelajaran yang diberikan termasuk pelajaran yang sulit karena memerlukan intelegensi yang tinggi. Kurikulum ini memberi persiapan yang sungguh-sungguh bagi studi di perguruan tinggi.
b. Aliran Idealisme
Filsafat ini berpendapat bahwa kebenaran itu berasal dari Tuhan. Boleh dikatakan hampir semua agama menganut semua filsafat idealisme. Kebenaran dipercayai datangnya dari Tuhan yang diterima melalui wahyu.
Filsafat ini umumnya diterapkan di sekolah yang berorientasi religius. Semua siswa diharuskan mengikuti pelajaran agama, menghadiri khotbah dan membaca kitab suci. Biasanya disiplinnya ketat, pelanggaran diberikan hukuman yang setimpal bahkan dapat dikeluarkan dari sekolah. Namun pendidikan intelektual juga sangat diutamakan dengan menentukan standar mutu yang tinggi.
c. Aliran Realisme
Filsafat realisme mencari kebenaran di dunia ini sendiri. Melalui pengamatan dan penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum alam. Mutu kehidupan senantiasa dapat ditingkatkan melalui kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan hidup ialah memperbaiki kehidupan melalui penelitian ilmiah.
Sekolah yang beraliran realisme mengutamakan pengetahuan yang sudah mantap sebagai hasil penelitian ilmiah yang dituangkan secara sistematis dalam berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran. Di sekolah akan dimulai dengan teori-teori dan prinsip-prinsip yang fundamental, kemudian praktik dan aplikasinya.
Kurikulum ini tidak memperhatikan minat anak, namun diharapkan agar menaruh minat terhadap pelajaran akademis. Ia harus sungguh-sungguh mempelajari buku-buku berbagai disiplin ilmu. Penguasaan ilmu yang banyak berkat studi yang intensif adalah persiapan yang sebaik-baiknya bagi lanjutan studi dan kehidupan dalam masyarakat. Dapat dibayangkan banyaknya murid yang tidak mampu mengikuti studi akademis serupa ini.
d. Aliran Pragmatisme
Aliran ini berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia berdasarkan pengalamannya. Tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran dapat berubah. Yang baik, ialah yang berakibat baik bagi masyarakat. Tujuan hidup ialah mengabdi kepada masyarakat dengan peningkatan kesejahteraan manusia. Pengetahuan diperoleh bukan dengan mempelajari mata pelajaran, melainkan karena digunakan secara fungsional dalam memecahkan masalah.
Dalam perencanaan kurikulum orang tua dan masyarakat sering dilibatkan agar dapat memadukan sumber-sumber pendidikan formal dengan sumber sosial, politik dan ekonomi guna memperbaiki ekonomi kondisi hidup manusia. Banyak di antara penganut aliran ini memandang sekolah sebagai masyarakat kecil.
e. Aliran Eksistensialisme
Filsafat ini mengutamakan individu sebagai faktor dalam menentukan apa yang baik dan benar. Norma-norma hidup berbeda secara individual dan ditentukan masing-masing secara bebas, namun dengan pertimbangan jangan menyinggung perasaan orang lain.
Sekolah yang berdasarkan eksistensialisme mendidik anak agar ia menentukan pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Ia harus bebas berfikir dan mengambil keputusan sendiri secara bertanggungjawab. Sekolah ini menolak segala kurikulum, pedoman, instruksi, buku wajib, dan lain-lain dari pihak luar. Anak harus mencari identitasnya sendiri, menentukan standarnya sendiri dan kurikulumnya sendiri. Dengan sendirinya mereka tidak dipersiapkan untuk menempuh ujian nasional.
f. Aliran Progresivisme
Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri. Berhubung dengan itu progresivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.
Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai tujuan-tujuan (yang baik), karena kurang menghargai dan memberikan tempat semestinya kepada kemampuan-kemampuan tersebut dalam proses pendidikan. Padahal semuanya itu adalah ibarat motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan atau progres.
Pandangan mengenai belajar, filsafat progressivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempuyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan anak didik memiliki potensi akal dan kecerdasan dengan sifat kreatif dan dinamis, anak didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan problema-problemanya.
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Artinya disini sebagai proses pertumbuhan dan proses dimana anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja. Jadi sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar.
Filsafat progressivisme menghendaki isi pendidikan dengan bentuk belajar "sekolah sambil berbuat" atau laerning by doing. Tegasnya, akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui bahwa sekolah bukan hanya berfungsi sebagai transfer of knowledge (pemindahan pengetahuan) akan tetapi sekolah juga berfungsi sebagai transfer of value atau pemindahan nilai-nilai, sehingga anak menjadi terampil dan berintelektual baik secara fisik maupun psikis.
John Locke (1632-1704) mengemukakan, bahwa sekolah hendaknya ditujukan untuk kepentingan pendidikan anak. Sekolah dan pengajaran hendaknya disesuaikan dengan kepentingan anak (Suparlan, 1984: 48). Kemudian Jean Jacques Rosseau (1712-1778), menyatakan anak harus dididik sesuai dengan alamnya; jangan dipandang dari sudut orang dewasa. Anak bukan miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak dengan dunianya sendiri, yaitu berlainan sekali dengan alam orang dewasa (Ahmadi, 1992: 34-35).
Beranjak dari ketiga pendapat di atas, berarti sekolah sebagai wadah pembinaan dan pendidikan anak-anak didik dalam rangka menumbuh kembangkan segenap potensi-potensi baik itu bakat, minat dan kemampuan-kemampuan lain agar berkembang kearah maksimal. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab akan tugas pendidikannya.
g. Aliran Konstruktivisme
Dalam konsep filsafat konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja oleh seorang guru kepada murid. Pengetahuan yang didapat murid bukanlah suatu perumusan yang diciptakan oleh orang lain melainkan dibangun (konstruksi) oleh murid itu sendiri. Dalam praktek pengajaran, penyelesaian materi dan hasil bukanlah merupakan hal terpenting. Yang lebih penting adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan partisipasi murid. Belajar adalah kegiatan murid untuk membentuk pengetahuan. Inilah konstruktivisme.
Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri. Manusia menkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang sesuai.
2. Landasan Psikologis
Pada dasarnya psikologi merupakan dasar-dasar pemahaman pengkajian sesuatu dari sudut karakteristik dan perilaku manusia, khususnya manusia sebagai individu.
Psikologi diperlukan dalam menentukan isi/materi pembelajaran yang diberikan kepada anak didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Karena materi pelajaran dan proses belajar mengajar itu harus sejalan dengan perkembangan anak didik.
3. Landasan Sosial
Secara etimologis, sosiologi berasal dari dua kata Latin yaitu socius artinya teman, sahabat, kawan: dan logos artinya ilmu pengetahuan. Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang cara berteman, berkawan, bersahabat, atau cara bergaul yang baik dalam masyarakat.
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik hidup dalam kehidupan masyarakat. Asumsinya adalah peserta didik berasal dari masyarakat, dididik oleh masyarakat, dan harus kembali kemasayarakat. Ketika peserta didik harus kembali ke masayarakat tentu ia harus dibekali dengan sejumlah kompetensi, sehingga ia dapat berbakti dan berguna bagi masyarakat. Kompetensi yang dimaksud adalah sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh peserta didik melalui berbagai kegiatan dan pengalaman belajar di sekolah. Kegiatan dan pengalaman belajar tersebut diorganisasi dalam pendekatan dan format tertentu yang disebut dengan kurikulum. Berdasarkan alur pemikiran ini, maka sangat logis jika pengembangan kurikulum berlandaskan pada kebutuhan masyarakat. Di samping itu, dasar pemikiran lain adalah kurikulum merupakan bagian dari pendidikan, dan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Dengan demikian, sangat wajar apabila pengembangan kurikulum harus memperhatikan kebutuhan masayarakat dan harus ditunjang oleh masyarakat.
Dengan demikian, pada intinya sosiologi itu adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Unsur utama dalam sosiologi adalah interaksi, masyarakat, proses, dan kehidupan.
4. Landasan Iptek
Teknologi pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan. Teknologi memegang peranan penting dalam kehidupan budaya manusia. Teknologi banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang efektif, efisien, dan sinergis terhadap pola perilaku manusia.
Ilmu pengetahuan dan teknologi terbentuk karena adanya karya-karya pikir manusia. Masyarakat Indonesia sudah banyak memanfaatkan produk teknologi dalam pendidikan, seperti komputer, internet, dan mesin hitung.
Implikasinya adalah pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik masyarakat Indonesia. Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengenali produk teknologi yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.
D. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip merupakan sesuatu yang mesti kita pegangi, dalam hal pengembangan kurikulum kita mesti berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
E. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Akidah Akhlak pada Madrasah Ibtidaiyah
Standar Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran Akidah Akhlak pada madrasah ibtidaiyah meliputi mengenal dan meyakini rukun iman kepada Allah sampai dengan iman kepada Qada dan Qadar melalui pembiasaan dalam mengucapkan kalimat-kalimat thayibah, pengenalan, pemahaman sederhana, dan penghayatan terhadap rukun iman dan al-asma’ al-husna, serta pembiasaan dalam pengalaman akhlak terpuji dan adab Islami serta menjauhi akhlak tercela dalam perilaku sehari-hari.
F. Struktur Kurikulum Akidah Akhlak pada Madrasah Ibtidaiyah
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Adapun struktur kurikulum Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Ibtidaiyah meliputi Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlak, Fiqih, dan Sejarah Kebudayaan Islam serta tambahan pelajaran Bahasa Arab. Pembelajaran pada kelas I s.d. III dilaksankan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.
G. Tujuan Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma’ al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Akidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar.
Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
Mata pelajaran Akidah Akhalak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:
1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.
H. Ruang lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.
Ruang lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
1. Aspek akidah (keimanan) meliputi:
a. Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah, bsamalah, alhamdulillah, subhanallah, Allahu Akbar, ta’awudz, maasya Allah, assalamu’alaikum, salawat, tarji’, laa haula walaa quwwata illa billah, dan istighfar.
b. Al-asma’ al-husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al-Khaliq, ar-Rahman, ar-Rahiim, as-Sami’, ar-Razzaaq, al-Mughnii, al-Hamid, asy-Sakuur, al-Qudduus, ash-Shamad, al-Muhaimin, al-‘Azhiim, al-Kariim, al-Kabiir, al-Malik, al-Bathiin, al-Walii, al-Mujiib, al-Wahhab, al-‘Aliim, ash-Zhaahir, ar-Rasyiid, al-Haadi, as-Salaam, al-Mu’min, al-Latiif, al-Baaqi, al-Bashiir, al-Muhyi, al-Mumiit, al-Qawii, al-Hakiim, al-Jabbaar, al-Mushawwir, al-Qadiir, al-Ghafuur, al-Afuww, ash-Shabuur, dan al-Haliim.
c. Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat tayyibah, al-asma’ al-husna dan pengenalan terhadap shalat lima waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.
d. Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan Hari akhir serta Qada dan Qadar Allah).
2. Aspek akhlak meliputi:
a. Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan tawakal.
b. Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad.
3. Aspek adab Islami, meliputi:
a. Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/kecil, berbicara, meludah, berpakaian, makan, minum, bersin, belajar, dan bermain.
b. Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah.
c. Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, teman, dan tetangga.
d. Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan.
4. Aspek kisah teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad SAW, masa remaja Nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kan’an, kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS, Tsa’labah, Masithah, Ulul Azmi, Abu Lahab, Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus, dan Nabi Ayub. Materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak, sehingga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi, tetapi ditampilkan dalam Kompetensi Dasar dan Indikator.
I. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
Kelas I, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
1. Mengenal rukun iman, syahadat tauhid dan syahadat rasul, al-asma’ al-husna (al-Ahad dan al- Khaliq)
|
1.1 Menghafal enam rukun iman
1.2 Menghafal dua kalimat syahadat
1.3 Mengartikan dua kalimat syahadat
1.4 Mengenal sifat-sifat Allah (al-Ahad dan al-Khaliq) melalui kisah Nabi Ibrahim AS mencari Tuhannya
|
2. Membiasakan akhlak terpuji
|
2.1 Membiasakan berakhlak terpuji: hidup bersih, kasih sayang, dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Adab mandi dan berpakaian
|
3. Menghindari akhlak tercela.
|
3.1 Membiasakan diri untuk menghindari akhlak tercela: hidup kotor, bohong/dusta, dan berbicara kotor dalam kehidupan sehari-hari.
|
Kelas I, Semester 2
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
4. Memahami kalimat thayyibah (basmalah) dan al-asma’ al-husna (ar- Rahman, ar-Rahiim dan as- Sami’)
|
4.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (basmalah)
4.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma‟al husna (ar-Rahman, ar-Rahiim dan as-Sami’)
|
5. Membiasakan akhlak terpuji
|
5.1 Membiasakan adab belajar dan bermain
5.2 Membiasakan adab makan dan minum
|
6. Menghindari akhlak tercela
|
6.1 Membiasakan diri untuk menghindari berbicara jorok/kotor dan bohong dalam kehidupan sehari-hari
|
Kelas II, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
1. Memahami kalimat thayyibah (hamdalah), dan al-asma’ al-husna (ar-Razzaaq, al-Mughnii, al-Hamiid, dan asy-Syakuur)
|
1.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (hamdalah)
1.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma’ al-husna (ar-Razzaaq, al-Mughnii, al-Hamiid, dan asy-Syakuur)
1.3 Mengenal Allah melalui pengenalan terhadap salat lima waktu
|
2. Membiasakan akhlak terpuji
|
2.1 Membiasakan bersikap syukur nikmat, hidup sederhana, dan rendah hati dalam kehidupan sehari-hari
2.2 Membiasakan berakhlak baik ketika berpakaian, makan-minum, dan bersin dalam kehidupan sehari-hari
|
3. Menghindari akhlak tercela
|
3.1 Menghindari sifat sombong melalui kisah masa kecil Nabi Muhammad SAW
|
Kelas II, Semester 2
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
4. Memahami kalimat thayyibah (tasbiih) dan al-asma’ al-husna (al-Qudduus, ash-Shamad, al-Muhaimin, dan al Badii’).
|
4.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (tasbiih)
4.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma’ al-husna (al-Qudduus, ash-Shamad, al-Muhaimin, dan al Badii’)
|
5. Membiasakan akhlak terpuji
|
5.1 Membiasakan bersifat jujur, rajin, dan percaya diri
5.2 Membiasakan berakhlak baik ketika belajar, mengaji, dan bermain dalam kehidupan sehari-hari
|
6. Menghindari akhlak tercela
|
6.1 Menghindari sifat malas melalui kisah masa remaja Nabi Muhammad SAW
|
Kelas III, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
1. Memahami kalimat thayyibah (Subhaanallaah, Maasyaallah), al-asma’ al-husna (al-Mushawwir, al-Haliim, dan al-Kariim)
|
1.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (Subhanallaah, Maasyaallah)
1.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma’ al-husna (al-Mushawwir, al-Haliim, dan al-Kariim)
|
2. Beriman kepada malaikat-malaikat Allah
|
2.1 Mengenal malaikat-malaikat Allah
|
3. Membiasakan akhlak terpuji
|
3.1 Membiasakan sifat rendah hati, santun, ikhlas, dan dermawan dalam kehidupan sehari-hari
3.2 Membiasakan berakhlak baik terhadap kedua orang tua dalam kehidupan sehari-hari melalui kisah Nabi Ismail
|
4. Menghindari akhlak tercela
|
4.1 Menghindari sikap bodoh, pemarah, kikir, dan boros
|
Kelas III, Semester 2
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
5. Memahami kalimat thayyibah (ta’awudz), al-asma’ al-husna (al-Baathin, al-Walii, al-Mujiib dan al-Wahhaab)
|
5.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (ta’awudz)
5.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma’ al-husna (al-Baathin, al-Walii, al-Mujiib, dan al-Wahhaab)
|
6. Beriman kepada makhluk gaib selain Malaikat.
|
6.1. Mengenal makhluk gaib selain Malaikat (jin dan setan)
|
7. Membiasakan akhlak terpuji
|
7.1 Membiasakan sikap rukun dan tolong-menolong
7.2 Membiasakan berakhlak baik terhadap saudara dalam kehidupan sehari-hari
|
8. Menghindari akhlak tercela
|
8.1 Menghindari sifat khianat, iri, dan dengki melalui kisah kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS
|
Kelas IV, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
1. Memahami kalimat thayyibah (inna lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun) dan al-asma’ al-husna (al-Mukmin, al-Azhim, al- Haadii, al-Adlu, dan al-Hakam)
|
1.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (inna lillaahi wa innaa ilaihi rajiuun)
1.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma’ al-husna (al-Mukmin, al-Azhim, al- Haadii, al-Adlu, dan al-Hakam)
|
2. Beriman kepada kitab-kitab Allah
|
2.1 Mengenal kitab-kitab Allah
|
3. Membiasakan akhlak terpuji
|
3.1 Membiasakan sikap hormat dan patuh dalam
|
kehidupan sehari-hari
3.2 Membiasakan sikap tabah dan sabar dalam
menghadapi cobaan melelui kisah Mashithah
| |
4. Menghindari akhlak tercela
|
4.1 Menghindari akhlak tercela melalui kisah
Tsa‟labah
|
Kelas IV, Semester 2
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
5. Memahami kalimat thayyibah (assalaamu’alaikum) dan al-Asma’ al- husna (as- Salaam, al-Mukmin, dan al- Latiif)
|
5.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah
(assalaamu’alaikum)
5.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-Asma’ al-husna (as- Salaam, al-Mukmin, dan al- Latiif)
|
6. Beriman kepada Rasul-Rasul Allah
|
6.1 Mengenal Rasul dan Nabi Allah
|
7. Membiasakan akhlak terpuji
|
7.1 Membiasakan akhlak sidik, amanah, tablig, fatanah dalam kehidupan sehari-hari
7.2 Membiasakan akhlak terpuji terhadap teman dalam kehidupan sehari-hari
7.3 Mencintai dan meneladani akhlak mulia lima
Rasul Ulul Azmi
|
8. Menghindari akhlak tercela
|
8.1 Menghindari sifat munafik dalam kehidupan sehari-hari
|
Kelas V, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
1. Memahami kalimat thayyibah (Alhamdulillaah dan Allahu Akbar),
al-asma’ al-husna (al-Wahhaab, ar- Rozzaaq, al-Fattaah, asy-Syakuur, dan
al-Mughni)
|
1.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (Alhamdulillaah dan Allahu Akbar)
1.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma’ al-husna (al-
Wahhaab, ar-Rozzaaq, al-Fattaah, asy- Syakuur, dan al-Mughni)
|
2. Beriman kepada hari akhir (kiamat)
|
2.1 Mengenal adanya hari akhir (kiamat)
|
3. Membiasakan akhlak terpuji
|
3.1 Membiasakan sikap optimis, qanaah, dan
tawakkal dalam kehidupan sehari-hari
3.2 Membiasakan akhlak yang baik ketika di
tempat ibadah dan tempat umum
|
4. Menghindari akhlak tercela
|
4.1 Menghindari sifat pesimis, bergantung,
serakah, dan putus asa dalam kehidupan sehari-
hari
|
Kelas V, Semester 2
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
5. Memahami kalimat thayyibah
(tarji’) dan
al-asma’ al-husna (al-Muhyii, al-
Mumiit)
|
5.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah
(tarji’)
5.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang
terkandung dalam al-asma’ al-husna (al- Muhyii, al-Mumiit dan al-Baaqii)
|
6. Membiasakan akhlak terpuji
|
6.1 Membiasakan sikap teguh pendirian dan
dermawan dalam kehidupan sehari-hari
6.2 Membiasakan akhlak yang baik dalam hidup
bertetangga dan bermasyarakat
|
7. Menghindari akhlak tercela
|
7.1 Membiasakan diri untuk menghindari sifat
kikir dan serakah melalui kisah Qarun
|
Kelas VI, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
1. Mengenal kalimat thayyibah
(astaghfirullaahal‘aziim) dan al-
asma’ al-husna (al-Qawwiy, al- Hakim, al-Mushawwir dan al-Qadir)
|
1.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (astaghfirullaahal‘aziim)
1.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al-asma’ al-husna (al-Qawwiy, al-Hakim, al-Mushawwir dan al-Qadir)
|
2. Beriman kepada takdir Allah
|
2.1 Mengenal adanya Qada dan Qadar Allah (takdir)
|
3. Membiasakan akhlak terpuji
|
3.1 Membiasakan sifat tanggung jawab, adil dan bijaksana dalam kehidupan sehari-hari
|
4. Menghindari akhlak tercela
|
4.1 Membiasakan diri untuk menghindari sifatmarah, fasik, murtad
|
STANDAR KOMPETENSI
|
KOMPETENSI DASAR
|
5. Mengenal kalimat thayyibah (taubat),dan al-asma’ al-husna (al-Ghafuur, ash- Shabuur dan al-Haliim)
|
5.1 Mengenal Allah melalui kalimat thayyibah (taubat)
5.2 Mengenal Allah melalui sifat-sifat Allah
yang terkandung dalam al-asma’ al-husna (al-Ghafuur, al-Afuwwu, ash- Shabuur dan al-Haliim)
|
6. Membiasakan akhlak terpuji
|
6.1 Membiasakan sifat sabar dan taubat dalam kehidupan sehari-hari melalui kisah Nabi Ayub AS dan kisah Nabi Adam AS
6.2 Membiasakan berakhlak baik terhadap binatang dan tumbuhan dalam hidup sehari-hari.
|
Kelas VI, Semester 2
J. Analisis
1. Analisis terhadap Dokumen Kurikulum Akidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah
Dari kajian kurikulum mata pelajaran Akidah Akhalak pada Madrasah Ibtidaiyah, kami menganalisis dan menghasilkan beberapa analisis yang meliputi:
a. Pendekatan Pembelajaran
Dalam pembahasan di atas disebutkan bahwa struktur kurikulum Madrasah Ibtidaiyah kegiatan pembelajaran mata pelajaran Akidah Akhlak pada kelas I, II dan III dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan tematik. Sedangkan pada kelas IV sampai VI kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan mata pelajaran.
Pembelajaran tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk pada dasar-dasar pengembangan kurikulum.
Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Pembelajaran tematik ini juga sebagai upaya untuk mengimbangi padatnya kurikulum.
Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.
Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
Pembelajaran tematik ini lebih mengutamakan pengalaman belajar siswa, yakni melalui belajar yang menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi siswa. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, siswa tidak harus diberi latihan hafalan (drill) berulang-ulang, tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami.
Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Teori tersebut masuk pada teori kognisi yang berguna dalam mempelajari materi-materi yang membutuhkan pemahaman untuk memecahkan masalah dan untuk mengembangkan ide.
Kemudian secara filosofis, pembelajaran tematik ini menganut aliran pragmatisme, progresivisme, dan konstruktivisme. Mereka berpendapat bahwa pembentukan kreativitas peserta didik yaitu dengan pemberian aktivitas yang diperoleh dari pengalaman langsung. Pengetahuan yang mereka dapat adalah kumpulan dari kesan-kesan dan informasi yang diperoleh dari pengalaman mereka.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang harus dikembangkan.
Dari pemaparan di atas kami menganalisis bahwa pendekatan pembelajaran tematik itu sesuai diterapkan untuk pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah karena dapat memberikan pemahaman peserta didik secara menyeluruh (konkrit) hal ini sesuai dengan tingkat perkembangannya yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic), serta memahami hubngan antar konsep secara sederhana, proses pembelajarannya masih bergantung pada objek yang konkrit dan pengalaman langsung.
b. Substansi (Inti Pokok) Kurikulum Mata Pelajaran Akidah Akhlak pada Madrasah Ibtidaiyah
SK : Membiasakan akhlak terpuji dan Menghindari akhlak tercela.
Kami menganalisis pada standar kompetensi tersebut lebih menekankan kepada pendidik untuk memberikan contoh tauladan yang baik kepada peserta didik pada saat guru memberikan materi pembelajarannya. Tidak hanya dalam lingkup lembaga pendidikan tetapi juga pada saat di luar lembaga pendidikan tersebut. Proses pembelajaran ini disebut metode tauladan dan etika yang baik. Dalam konteks ini pendidik melakukan sesuatu sebelum menyuruh orang lain (siswanya) melakukan sesuatu itu sebagai bentuk teladan, sehingga orang lain (siswanya) pun akan dapat mengikuti dan mencerna dengan mudah sebagaimana yang mereka lihat dari seorang pendidik.
KD: Menghafal enam rukun iman dan menghafal dua kalimat syahadat.
Pada kompetensi dasar ini tidak sesuai dengan pendekatan tematik yang lebih menekankan pada pemahaman materi daripada menghafal. Maka dari itu kami menganalisa alangkah baiknya jika pendidik menggunakan metode mengulang-ulang materi. Hal ini dilakukan untuk memperkuat bobot materi yang disampaikan pendidik untuk mengingatkan peserta didik perihal pentingnya kandungan materi yang disampaikan tersebut, sehingga mereka dapat lebih memahami dan mengingatnya.
SK : Membiasakan akhlak terpuji dan Menghindari akhlak tercela.
Kami menganalisis pada standar kompetensi tersebut lebih menekankan kepada pendidik untuk memberikan contoh tauladan yang baik kepada peserta didik pada saat guru memberikan materi pembelajarannya. Tidak hanya dalam lingkup lembaga pendidikan tetapi juga pada saat di luar lembaga pendidikan tersebut. Proses pembelajaran ini disebut metode tauladan dan etika yang baik. Dalam konteks ini pendidik melakukan sesuatu sebelum menyuruh orang lain (siswanya) melakukan sesuatu itu sebagai bentuk teladan, sehingga orang lain (siswanya) pun akan dapat mengikuti dan mencerna dengan mudah sebagaimana yang mereka lihat dari seorang pendidik.
KD: Menghafal enam rukun iman dan menghafal dua kalimat syahadat.
Pada kompetensi dasar ini tidak sesuai dengan pendekatan tematik yang lebih menekankan pada pemahaman materi daripada menghafal. Maka dari itu kami menganalisa alangkah baiknya jika pendidik menggunakan metode mengulang-ulang materi. Hal ini dilakukan untuk memperkuat bobot materi yang disampaikan pendidik untuk mengingatkan peserta didik perihal pentingnya kandungan materi yang disampaikan tersebut, sehingga mereka dapat lebih memahami dan mengingatnya.
Selain itu kompetensi dasar (KD) terkait “menghafal dan mengartikan” pada kelas I semester 1 juga tidak sesuai dengan standar kompetensi lulusan (SKL) yang ada.
SK : Memahami Kalimat Thayyibah dan Asma’ al-husna
Pada standar kompetensi ini peserta didik ditekankan untuk memahami beberapa kalimat thayyibah. Jadi solusi yang sesuai di sini adalah pendidik menggunakan metode index card match (mencari jodoh kartu tanya jawab) yaitu dengan cara menuliskan pertanyaan dan jawabannya kemudian dibagikan kepada semua siswa secara acak, kemudian bagi siswa yang memperoleh pertanyaan untuk membacakannya dan bagi siswa yang memperoleh jawabannya harus mencocokkan dengan pertanyaan yang dibacakan.
SK : Memahami Kalimat Thayyibah dan Asma’ al-husna
Pada standar kompetensi ini peserta didik ditekankan untuk memahami beberapa kalimat thayyibah. Jadi solusi yang sesuai di sini adalah pendidik menggunakan metode index card match (mencari jodoh kartu tanya jawab) yaitu dengan cara menuliskan pertanyaan dan jawabannya kemudian dibagikan kepada semua siswa secara acak, kemudian bagi siswa yang memperoleh pertanyaan untuk membacakannya dan bagi siswa yang memperoleh jawabannya harus mencocokkan dengan pertanyaan yang dibacakan.
2. Analisis Berdasarkan Landasan Pengembangan Kurikulum
a. Landasan Filosofis
Dilihat dari segi filsafat pendidikan, KTSP sangat dekat dengan aliran progressivisme yang menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif, kreatif, dinamis dan punya motivasi. Serta beranggapan bahwa untuk mengembangkan peserta didik dibutuhkan kurikulum yang bersifat fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan) dan dinamis sehingga kurikulum dapat direvisi serta dievaluasi setiap saat sesuai dengan kebutuhan setempat. Berdasarkan pandangan ini KTSP merupakan kurikulum yang cocok karena memiliki prinsip demokratis dan non-monopolistik.
Selain aliran progresivisme, aliran konstruktivisme merupakan elaborasi lanjutan dari aliran progresivisme. Aliran ini menekankan pada peradaban manusia masa depan, di samping itu juga menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, juga lebih menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Dalam KTSP siswa diharapkan mampu memiliki kompetensi sehingga mereka dapat memecahkan permasalahan yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Dari sini dapat diartikan bahwa paradigma konstruktivisme ini sejalan dengan KTSP karena sama-sama menekankan akan perbedaan skill per-individu serta melihat ke masa depan.
b. Landasan Psikologis
Psikologi pendidikan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari perilaku individu dalam situasi pendidikan. Dalam kaitannya dengan ilmu ini, ada beberapa aliran di dalamnya, di antaranya adalah: aliran behavioristik, aliran kognitif, dan aliran klasik.
Berdasarkan beberapa aliran psikologi pendidikan tersebut, aliran kognitif lebih banyak dianut dalam pengembangan KTSP, tanpa menghilangkan aliran-aliran yang lain. Dengan kata lain, aliran yang lain juga memberikan dampak dalam pengembangan KTSP walaupun sedikit.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Setiap tahap perkembangan memiliki karakteristik tersendiri, karena ada dimensi-dimensi perkembangan tertentu yang lebih dominan dibandingkan tahap perkembangan lainnya.
Menurut Syamsu Yusuf, pada tahap perkembangan individu usia sekolah dasar, anak mulai menunjukkan perhatian yang besar terhadap dunia ilmu pengetahuan tentang alam dan sekitarnya. Pada usia 6-7 tahun biasanya anak telah memiliki kesiapan untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah dasar. Pada masa ini anak-anak lebih mudah diarahkan, diberi tugas yang harus diselesaikan, dan cenderung mudah untuk belajar berbagai kebiasaan seperti makan, tidur, bangun dan belajar pada waktu dan tempat tertentu.
Dari pemaparan tersebut kami menganalisa bahwa kurikulum yang disajikan sudah sesuai dengan tingkat perkembangan anak bahwa pendidikan akan akidah dan akhlak itu harus ditanamkan sejak dini, yaitu pada saat anak-anak sudah siap belajar dan siap menerima pengetahuan.
c. Landasan Sosial
Dilihat dari sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang baik, karena peserta didik diarahkan agar mampu hidup di masyarakat dengan segala karakteristiknya. Untuk menjadikan peserta didik menjadi warga masyarakat yang baik, perlu dibekali dengan pengetahuan yang mendukung hal tersebut. Di sinilah peran penting dari pembuatan kurikulum yang mempunyai landasan sosiologis, sehingga peserta didik tidak menjadi orang yang asing di masyarakat, tetapi menjadi bagian dari masyarakat bahkan diharapkan membawa perubahan yang baik di masyarakat.
Kurikulum Akidah Akhlak Madrasah Ibtidaiyah terutama pada bagian akhlak yang merupakan pengaplikasian dari keimanan mengajarkan nilai-nilai kehidupan sosial berlandaskan Islam, baik dalam keluarga maupun masyarakat umum dengan memberikan arahan-arahan kepada anak didik pada arah yang positif yang sesuai dengan ajaran Islam. Dengan begitu diharapkan anak-anak akan memahami bahwa keimanan itu sangat penting bagi kehidupan mereka. Semuanya dirancang sedemikian rupa berdasarkan tujuannya di dalam kurikulum.
d. Landasan Iptek
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung hal tersebut juga menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kurikulum Akidah Akhlak memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk memanfaatkan sumber dan media elektronik dalam strategi pembelajarannya. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik menjadi lebih termotivasi dengan beragamnya sumber dan media yang digunakan. Selain itu, dampak negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga bisa dikurangi dengan pembelajaran nilai-nilai Islami.
3. Analisis Berdasarkan Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum.Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP tersebut sebagai berikut:
a. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. Oleh karena itu disusunlah kurikulum untuk mengembangkan potensi siswa dari latar belakangnya yang beragam serta kurikulum yang mengarah pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang menghargai setiap orang, agama, suku adat istiadat, dll. Kemudian kurikulum akidah akhlak sendiri menurut analisa kami disusun juga demikian yaitu beragam dan terpadu karena melihat dari isi kurikulum itu sendiri disusun beragam sesuai dengan jenjang perkembangan peserta didik.
b. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni tersebut. Pada mata pelajaran akidah akhlak pengetahuan tersebut bisa ditransfer oleh guru kepada peserta didik dengan menggunakan teknologi yang sudah banyak digunakan dalam pendidikan.
c. Relevan (hubungan atau keterkaitannya) dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan akademik, merupakan keniscayaan. Pada kurikulum akidah akhlak kami menganalisa bahwa kurikulum yang dibuat sudah relavan dengan kebutuhan kehidupan yaitu untuk membentuk perilaku yang baik bagi kehidupan peserta didik sejak dini.
d. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. Begitu juga pada kurikulum akidah akhlak ini materi yang dimuat sudah menyeluruh dan berkesinambungan (berkelanjutan) mulai dari Iman kemudian akhlak terpuji dan akhlak tercela.
e. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
f. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas dapat kami simpulkan bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah itu lebih kompleks jika dibandingkan dengan Sekolah Dasar pada umumnya, karena di dalamnya mencakup mata pelajaran Al-Qur’an Hadis, Fiqih, Akidah Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Pada mata pelajaran Aqidah Akhlak lebih ditekankan pada pemahaman keimanan dan adab. Hal itu dapat dilihat dalam susunan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berisi tentang pemahaman keimanan, kalimat thayyibah, membiasakan akhlak terpuji, dan menghindari akhlak tercela. Kurikulum Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Ibtidiyah pada hakikatnya telah disesuaikan dengan perkembangan anak didik, akan tetapi yang namanya buatan manusia pasti tidak akan sesempurna buatan Tuhan. Oleh karena itu perlu ditelaah lagi kurikulum-kurkulum itu agar lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Sa’dun dan Hadi Sriwiyana, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Yogyakarta, Cipta Media, 2010.
Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011.
http://www.tuanguru.com/2012/11//Pengelolaan-Pembelajaran-Tematik.html?m=1, Banjarmasin, 13 Mei 2015.
Lampiran Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008.
Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta, Bumi Aksara, 2009.
Muslich, Masnur. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2009.
Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum, Jakarta, Bumi Aksara, 2011.
Rifai, Muhammad. Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta, Arruzz Media, 2011.
Sudjana, Nana. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru Algensido, 2002.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Yusuf, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar